Komhukum (Kuala Lumpur) - Indonesia memiliki peluang menjadi negara "super power" di abad 21 ini mengingat sebagai negara berpenduduk besar, memiliki etos kerja, semangat tinggi untuk mengubah nasib dan berpikiran maju.
"Oleh karena itu, siapa pun tidak boleh memandang remeh dan rendah apalagi hina terhadap bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia akan menjadi negara super power di abad 21," kata anggota Eminent Persons Group (EPG) Indonesia, Dr Musni Umar, ketika menjadi pembicara hari pertama dalam konferensi dua hari yang bertajuk "The Future Malaysia-Indonesia Relations" di Kuala Lumpur, Senin (25/7).
Menurutnya, sekurang-kurangnya ada lima hal yang dimiliki bangsa Indonesia untuk maju menjadi negara besar di pertengahan abad 21.
Pertama, memiliki penduduk yang besar dan etos kerja, serta semangat tinggi untuk mengubah nasib dan maju. Ini modal yang sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk maju meraih kejayaan.
Kedua, memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang selama ini belum dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran seluruh bangsa Indonesia.
Sekarang ini, kata dia, masih dikuasai dan dijarah oleh kekuatan neo imperialisme dan neo kapitalisme. "Ini harus segera dihentikan," tegasnya.
Ketiga, bangsa ini telah memiliki banyak putera-puteri terbaik yang berpendidikan tinggi, berdedikasi, dan bersemangat tinggi untuk membangun Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera.
Keempat, telah muncul pemimpin-pemimpin lokal yang berwawasan nasional dan berhasil membangun daerahnya. Kemajuan daerah bisa menjadi bola bagi kemajuan nasional bangsa Indonesia.
Kelima, proses demokrasi yang sedang berjalan, pada saatnya akan mengalami kematangan.
Pada saat itu, kata dia, masyarakat Indonesia bisa memilih pemimpin yang diperlukan untuk memandu, memberi contoh teladan dan memimpin seluruh bangsa Indonesia untuk meraih kemajuan dan kejayaan.
Pada hari pertama dalam konferensi ini berbicara pula dari Indonesia, Dekan FISIP UIN Jakarta Prof Dr Bahtiar Effendy dan anggota DPR RI, M. Najib.
Sedangkan dari Malaysia turut berbicara pakar media dari Universitas Malaya, Prof Datuk Dr Abdul Latif Abu Bakar, mantan duta besar Malaysia, B. A. Hamzah, dan pelaku media di Malaysia, Zainon Ahmad.
Namun demikian, dia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia harus menyadari bahwa bangsa lain di dunia yang sudah maju tidak akan pernah mau melihat bangsa Indonesia maju karena mereka mempunyai kepentingan ekonomi, politik dan pertahanan keamanan.(K-5)